Menurut Edmund Husserl, salah satu tokoh utama
fenomenologi, tujuan fenomenologi adalah untuk mempelajari bagaimana fenomena
manusia dialami dalam struktur kesadaran manusia, dalam tindakan yang
melibatkan aspek kognitif dan persepsi
Fenomenologi berusaha memahami bagaimana individu
membangun makna-makna.
Reaksi Atas Positivisme
Aliran fenomenologi lahir sebagai reaksi metodologi
positivistik yang diperkenalkan Comte.
Pendekatan positivisme selalu mengandalkan seperangkat
fakta sosial yang bersifat obyektif, atas gejala yang tampak mengemuka,
sehingga metodologi positivis cenderung melihat fenomena dari kulit luarnya
saja, tidak mampu memahami makna dibalik gejala yang tampak tersebut.
Fenomenologi berangkat dari dimensi subyektif yang tidak
hanya memandang segala sesuatu dari gejala yang tampak akan tetapi berusaha
menggali makna di balik gejala itu.
Empat Prinsip Dasar Fenomenologi
1. Perhatian terhadap Aktor
Persoalan dasarnya di sini menyangkut persoalan
metodologi. Bagaimana caranya untuk mendapatkan data tentang tindakan sosial
itu sesubyektif mungkin.
Pendekatan obyektif seperti yang diterapkan dalam ilmu
alam justru tidak akan mampu mengungkapkan kenyataan sosial secara obyektif.
Manusia yang menjadi obyek atau sasaran penyelidikan sosiologi itu bukan hanya
sekedar obyek dalam dunia nyata yang akan diamati, tetapi manusia itu sekaligus
merupakan pencipta dari dunianya sendiri.
Lebih dari itu, tingkah laku manusia yang tampak secara
obyektif dalam artian nyata itu sebenarnya hanya merupakan bagian saja dari
keseluruhan tingkah lakunya. Ia menginterpretasikan tingkah lakunya sendiri.
Akan sangat naïf jika orang menyatakan mampu memahami keseluruhan perilaku
manusia hanya dengan mengamati perilaku yang tampak darinya.
2. Fokus: Kenyataan Penting dan Sikap Wajar
Fenomenologi memusatkan perhatian pada kenyataan yang
penting atau yang pokok dan kepada sikap yang wajar atau alamiah (natural
attitude).
Untuk memahami masyarakat, tidak semua gejala sosial
perlu diamati. Karena itu perhatian harus dipusatkan kepada gejala yang penting
dari tindakan manusia sehari-hari dan terhadap sikap-sikap wajar
Bagi fenomenologi, bukan fakta sosialnya yang perlu
dipelajari tapi bagaimana proses terbentuknya fakta sosial tersebut.
3. Fokus pada masalah Mikro
Fenomenologi memusatkan perhatian kepada masalah mikro.
Fenomenologi mempelajari proses pembentukan dan pemeliharaan hubungan sosial pada tingkat
interaksi tatap muka untuk memahaminya dalam hubungannya dengan situasi
tertentu.
4. Memperhatiakn Perubahan dan Proses Tindakan
Fenomenologi memperhatikan perubahan dan proses tindakan.
Fenomenologi berusaha memahami bagaimana keteraturan
dalam masyarakat diciptakan dan dipelihara dalam pergaulan sehari-hari.
Norma-norma dan aturan-aturan yang mengendalikan tindakan
manusia dan yang memantapkan struktur sosial dinilai sebagai hasil interpretasi
aktor terhadap kejadian-kejadian yang dialaminya karena manusia bukanlah wadah
yang pasif sebagai tempat menyimpan dan mengawetkan norma-norma.
Konstruksi Sosial
Bagi fenomenologi, masyarakat adalah hasil konstruksi
sosial
Tujuan utama fenomenologi sosial adalah untuk mengungkap
interaksi diantara proses tindakan-tindakan manusia, struktur situasional dan
konstruksi sosial.
Realitas
Beberapa teori sosial memandang bahwa realitas itu ada di
luar individu
Bagi Fenomenologi, realitas berada di dalam diri manusia
yaitu dunia subyektif manusia
Suatu teori harusnya tidak berbicara tentang apa yang
berada di luar kesadaran manusia, tapi tentang bagaimana dan dengan jalan apa
dimensi subyektif aktor diciptakan, dipelihara dan dirubah.
Pemahaman Subyektif
Alfred Schutz sebagai salah seorang tokoh teori ini
bertolak dari pandangan Weber yang berpendirian bahwa tindakan manusia menjadi
satu hubungan sosial bila manusia memberikan arti atau makna tertentu terhadap
tindakannya itu dan manusia lain memahami pula tindakannya itu sebagai sesuatu
yang penuh arti.
Tindakan Subyektif
Pemahaman makna tindakan dengan pendekatan verstehen mendapat
koreksi dari Schutz. Baginya, tindakan subyektif para aktor tidak muncul begitu
saja, tetapi ia ada melalui suatu proses panjang untuk dievaluasi dengan
mempertimbangkan kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan norma etika agama atas
dasar tingkat kemampuan pemahaman sendiri sebelum tindakan itu dilakukan
Intersubyektifitas
Adanya intersubyektivitas memungkinkan terjadinya
pergaulan sosial
Intersubyektifitas
tergantung kepada pengetahuan tentang peranan masing-masing yang diperoleh
malalui pengalaman yang bersifat pribadi.
Kelompok-kelompok sosial saling menginterpretasikan
tindakannya masing-masing dan pengalaman mereka juga diperoleh melalui cara
yang sama seperti yang dialami dalam interaksi secara individual.
Faktor saling memahami satu sama lain baik antar individu
maupun antar kelompok ini diperlukan untuk terciptanya kerjasama di hampir
semua organisasi sosial.
Terjadinya saling bertindak atau interaksi dan saling
memahami antar sesama manusia dimungkinkan karena adanya struktur kesadaran
dalam diri manusia.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa interaksi sosial
terjadi dan berlangsung melalui penafsiran dan pemahaman tindakan masing-masing
baik antar individu maupun antar kelompok
Interaksionisme
Simbolik
Memusatkan Perhatian pada interaksi antar aktor dan dunia
nyata
Memandang baik aktor maupun dunia nyata sebagai proses
dinamis dan bukan sebagai struktur yang statis
Menekankan dan memberikan arti penting kepada kemampuan
aktor untuk menafsirkan kehidupan sosial
Tiga Premis Utama
Manusia bertindak berdasarkan makna-makna
Makna tersebut
didapatkan dari interaksi dengan orang lain
Makna tersebut berkembang dan disempurnakan saat
interaksi tersebut berlangsung.
Prinsip-Prinsip Dasar
- Tak seperti binatang, manusia dibekali kemampuan untuk berpikir
- Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial
- Dalam interaksi sosial, manusia mempelajari arti dan simbol yang memungkinkan mereka menggunakan kemampuan berpikir mereka
- Makna dan simbol memungkinkan manusia melanjutkan tindakan dan berinteraksi
Lanjutan ...........
- Manusia mampu mengubah arti dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksiberdasarkan penafsiran mereka terhadap situasi
- Manusia mampu membuat kebijakan modofikasi dan perubahan, sebagian karena kemampuan mereka berinteraksi dengan diri mereka sendiri, yang memungkinkan mereka menguji serangkaian tindakan, menilai keuntungan dan kerugian, dan kemudia memilih satu di antara serangkaian peluang tindakan itu.
- Pola tindakan dan interaksi yang saling berkaitan akan membentuk kelompok dan masyarakat
Kapasitas Berpikir
Individu tak dilihat sebagai unit yang dimotivasi oleh
kekuatan eksternal dan internal di luar kontrol mereka tetapi lebih dipandang
sebagai cerminan dari unit-unit yang saling berinteraksi di dalam masyarakat.
Cerminan ini terdapat dalam pikiran individu
Pikiran bukanlah benda (otak) tapi lebih melihatnya
sebagai proses yang berkelanjutan dari stimuli dan respon
Pikiran berhubungan dengan aspek sosialisasi, arti,
simbol, diri, interaksi dan masyarakat.
Berpikir dan Beriteraksi
Manusia memiliki kapasitas umum untuk berpikir yang harus
dibentuk dan diperhalus dalam proses interaksi sosial (sosialisasi)
Sosialisasi dipahami sebagai proses dinamis yang
memungkinkan manusia mengembangkan kemampuan berpikir, untuk mengembangkan cara
hidup manusia sendiri
Sosialisasi bukan proses satu arah dimana aktor menerima
informasi, melainkan merupakan proses dinamis dimana aktor menyusun dan
menyesuaikan informasi dengan kebutuhan mereka sendiri
... lanjutan
Ada tiga jenis obyek dalam interaksi: obyek fisik seperti
batu atau pohon, obyek sosial seperti mahasiswa dan obyek abstrak seperti
gagasan.
Manusia memperlakukan obyek itu bukan sekedar sebagai
sesuatu yang berada di luar sana tetapi sebagai sesuatu yang ia maknai dalam
pikiran.
Obyek yang sama bisa jadi memiliki makna berbeda bagi
individu yang berbeda
Pembelajaran Makna dan Simbol
Interaksionisme simbolik memusatkan perhatian pada
tindakan dan interaksi manusia, bukan pada proses mental yang terisolasi
Perhatian utama bukan tertuju pada bagaimana cara mental
manusia menciptakan arti dan simbol, tetapi bagaimana cara mereka
mempelajarinya selama proses interaksi dan sosialisasi
Simbol adalah sesuatu yang menunjuk pada sesuatu yang
lain atau dengan kata lain dapat menggantikan sesuatu yang lain
Simbol memungkinkan manusia memberikan tanggapan secara
aktif dengan menciptakan dan mencipta ulang dunia tempat mereka berperan, dan
bukan sekedar memberi respon secara pasif terhadap realitas yang memaksa
dirinya.
... Lanjutan (Fungsi
Simbol)
Simbol memiliki beberapa fungsi
- Simbol memungkinkan manusia menghadapi dunia atau obyek-obyek sosial dan nonsosial dengan mengungkapkannya melalui kata-kata, menggolongkan dan mengingatnya
- Meningkatkan kemampuan manusia memahami lingkungannya
- Meningkatkan kemampuan berpikir
- Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah
- Memungkinkan manusia melampaui waktu, ruang dan bahkan pribadi mereka sendiri
- Memungkinkan kita membayangkan realitas metafisik seperti surga dan neraka
- Memungkinkan manusia menghindar dari diperbudak lingkungan
Aksi dan Interaksi
Tindakan sosial dimaknai sebagai tanggapan individu
terhadap orang lain di dalam pikirannya sendiri.
Interaksi sosial dimaknai sebagai proses
mengkomunikasikan arti terhadap orang lain yang terlibat dlam interaksi.
Di dalam interaksi sosial, para aktor terlibat dalam
proses saling mempengaruhi
Membuat Pilihan
Individu tak harus menyetujui arti dan simbol yang
disampaikan kepadanya, ia mampu membentuk arti baru atau memilih diantara
beberapa arti lain yang tersedia.
Jadi aktor relatif memiliki otonomi dalam mendefinisikan
situasi di sekitar mereka
George Herbert Mead
Tahap-tahap Tindakan
- Impuls
- Persepsi
- Manipulasi
- Konsumasi
1. Impuls
Impuls adalah dorongan hati yang meliputi
stimulasi/rangsangan spontan yang berhubungan dengan indera dan reaksi aktor
terhadap rangsangan
Dalam berpikir tentang reaksi, manusia tidak hanya
mempertimbangkan situasi terkini tapi juga pengalaman masa lalu dan
mengantisipasi akibatnya di amsa depan.
Impuls bisa muncul dari dalam individu atau dari luar
individu atau kombinasi keduanya
2. Persepsi
Aktor menyelidiki dan bereaksi terhadap rangsangan yang
berhubungan dengan impuls
Manusia mempunyai kemampuan untuk merasakan dan memahami
stimuli melalui pendengaran, senyuman, rasa dan sebagainya.
Aktor tidak secara spontan menanggapi stimuli dari luar,
tetapi memikirkannya sebentar dan menilainya melalui bayangan mental.
Manusia tidak hanya tunduk pada rangsangan dari luar,
mereka juga secara aktif memilih diantara berbagai macam rangsangan
Manipulasi
Setelah impuls dipahami, manusia kemudian mengambil
tindakan atas obyek.
Tahap manipulasi merupakan tahap yang jeda yang penting
agar tanggapan tidak dilakukan secara spontan
Memberi jeda waktu, memungkinkan manusia memikirkan
berbagai alternatif tindakan.
Konsumasi
Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan atau mengambil
tindakan yang memuaskan dorongan hati yang sebenarnya.
Sikap Isyarat (Gesture)
Gesture adalah gerakan organisme pertama yang menimbulkan
rangsangan untuk ditanggapi secara sosial oleh organisme kedua
Tindakan seorang individu secara otomatis akan
memunculkan reaksi dari orang lain.
Dibagi menjadi isyarat nonsignifikan dan isyarat
signifikan
Simbol-simbol signifikan
Isyarat menjadi simbol signifikan bila simbol yang
dikeluarkan oleh individu sama dengan simbol yang ditanggapi oleh orang lain
yang menjadi sasaran simbol tersebut.
Rujukan
Jonathan H. Turner, The Structure of Sociological
Theory
George Ritzer, Sosiologi: Ilmu Pengetahuan
Berparadigma Ganda
Muhammad Basrowi dan Soenyono, Teori Sosial dalam
Tiga Paradigma
Myron Orleans, “Phenomenology”,
http://hss.fullerton.edu/sociology/
orleans/phenomenology.htm, download 29 Januari 2008
orleans/phenomenology.htm, download 29 Januari 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar